...semburat ketulusan dalam balut kesederhanaan...

PolPek Nggak (Lagi) Cepek


Tau PolPek kan? Iya, Polisi Cepek! Sebagian orang juga menyebutnya Pak Ogah (tokoh di film anak-anak "UNYIL" yang selalu meminta uang cepek). Maksudnya orang yang berdiri di setiap putaran balik ataupun persimpangan jalan yang padat dan tanpa traffict light. Biasanya mereka berfungsi sebagai polisi pengganti yang membantu si pengguna jalan yang ingin berputar arah (muter balik) atau melewati sebuah persimpangan yang sembrawut dengan imbalan sekeping logaman bernilai (minimal) seratus rupiah. Tugas mereka adalah menahan arus (memblokir jalanan) untuk suatu waktu tertentu, agar pengguna jalan yang akan putar arah atau menyeberangi simpangan yang crowded dan tanpa rambu lalu lintas bisa lewat dengan mudah.

Kenapa mereka terkenal dengan sebutan PolPek? Alasannya ya itu tadi, mereka berfungsi sebagai polisi yang mengatur jalanan tapi dengan imbalan sekeping uang logam seratus rupiah, atau yang dikenal dengan cepek. Makanya mereka dikenal sebagai PolPek alias Polisi Cepek.

Sebenarnya sih kalau dipikir-pikir, sekeping seratus rupiah nggak sebanding dengan resiko yang mereka dapat saat mereka menjalankan tugas mereka. Bayangin aja mereka harus pasang badan buat nyetopin mobil-mobil yang lewat dengan kecepatan tinggi. Kebayang kan resiko apa yang menunggu di depan mereka? Yup! Ketabarak mobil atau kendaraan lain yang nggak mau ngalah, akibatnya bisa luka-luka, cacat, atau bahkan meninggal.

Bayangin aja, kalau satu mobil ngasih cepek, misalnya sehari ada 500 mobil yang ngasih duit ke mereka, mereka cuma dapet 50ribu. Nggak banyak kan? Masalahnya, di satu puteran itu, PolPek nggak mungkin kerja sendirian, minimal mereka berdua, berarti uang hasilnya dibagi dua. Makin nggak dapet apa-apa lagi kan? Padahal sekarang biaya hidup udah mahal. Mau dikasih makan apa keluarga mereka?

Tapi gue salut banget sama PolPek ini, mereka bisa tahan kerja berjam-jam demi uang yang nggak seberapa. Emang, sih kadang kehadiran mereka bikin jalanan macet, karena mereka memberhentikan kendaraan yang lewat tanpa pertimbangan waktu. Tapi gimanapun juga, kehadiran mereka itu membantu, kok, apalagi di persimpangan yang ramai atau di putaran jalan yang arusnya padat. Dan mereka nggak pandang bulu dalam melaksanakan tugasnya, mau si pemutar ini memberikan kepingan-kepingan uang atau nggak, mereka tetap mencarikan jalan.

Sampai akhirnya seiring dengan kenaikan harga berbagai macam barang, kepingan-kepingan yang dilemparkan ke PolPek juga berubah nilai menjadi dua ratus rupiah, lima ratus rupiah (gopek), atau bahkan selembar uang kertas seribu rupiah. Dengan adanya perubahan itu, kepingan seratus jadi nggak berharga, mayoritas orang yang menggunakan jasa PolPek ini melemparkan sekeping lima ratus rupiah.

Dan gara-gara perubahan itu juga, jadi ada sebuah kejadian nggak enak di sebuah putara yang pernah gue alamin sendiri. Waktu itu gue sama teman-teman mau muter balik (daerahnya gue lupa), si supir memberikan dua keping uang logam dua ratus ke PolPek yang 'bertugas'. Itu pun karena emang nggak ada lagi uang receh di dalam mobil, bahkan setelah disurvey ke semua penumpang mobil yang rata-rata hanya punya uang lima ribu sebagai pecahan terkecil di dompet mereka.
You know what? Si PolPek melemparkan uang pemberian kita ke kaca mobil dengan kencang (kena bagian belakang, karena posisinya saat itu mobil udah muter balik) sambil berteriak dengan lantangnya, "Dua ratus nggak dapet apa-apa!!" Dan pas dilihat, kaca mobilnya baret karena lemparan kencang uang logam itu.

Dari situ, gue jadi agak-agak menarik simpati gue ke PolPek ini. Emang sih nggak semua PolPek berkelakuan kayak gitu, tapi tetep aja gue udah terlanjur kesel. PolPek bukan lagi sekedar sampingan, tapi udah jadi sebuah mata pencaharian beberapa kalangan penduduk di Indonesia. Makanya saat kita memberikan uang yang nggak sesuai dengan yang mereka harapkan, mereka jadi marah yang imbasnya bisa sampai merusak properti kita.
PolPek nggak lagi Polisi Cepek atau Pak Ogah. Mereka bertransformasi menjadi Polisi Gopek. Nama tetap PolPek, tapi kepingan uang yang ditangkap bukan lagi uang logam seratus, melainkan uang logam lima ratus rupiah.

No comments:

Post a Comment