...semburat ketulusan dalam balut kesederhanaan...

Sebuah Kritik Pedas

Tanpa sengaja saya membaca review tajam seorang penulis tentang sebuah novel (benar-benar tanpa sengaja, karena awalnya saya memang sedang mengumpulkan informasi tentang penerbit). Entah kenapa, saya nggak setuju dengan kata-kata keras yang dilontarkannya dalam review yang dia buat. Bagi saya, baik buruknya sebuah karya itu relatif. Mungkin si reviewer menganggap karya yang di 'cemooh'nya jelek, bahkan sangat jelek, tapi belum tentu orang lain beranggapan sama.

Yang sangat saya sesali, review pedas itu berasal dari seorang penulis (yang baru menelurkan 1 judul buku). Bukan maksud saya mendiskreditkan penulis baru itu, bahwa penulis baru nggak berhak menulis sebuah review pedas. Tapi masalahnya, buku yang dia hasilkan pun nggak bisa dikategorikan amat sangat bagus. Waktu saya membacanya, saya banyak berdesis sebal karena banyaknya typos, kesalahan nama karakter, dan entah mengapa saya merasa novel yang ditulisnya bisa dibilang mengacu penuh pada novel yang ditulis oleh penulis terdahulu.


Dan karena ulasan yang dibuatnya, saya tergelitik untuk membaca ulang novel yang ditulisnya (padahal saya sudah 'menenggelamkan'nya di antara tumpukan koleksi novel saya, karena saya tidak berminat membacanya ulang), hanya karena saya ingin tahu lebih banyak mengenai sebagus apa novel yang ditulis kritikus ini sampai dia sanggup mengeluarkan kritikan pedas tersebut.


Apa tidak sebaiknya kita bercermin pada diri sendiri sebelum melontarkan kritikan pedas terhadap orang lain?


Satu hal yang saya nggak ngerti, dia menjelek-jelekkan pihak penerbit, tapi...ada
inner circle-nya yang menerbitkan buku lewat penerbit itu. Sebuah fenomena yang aneh, bukan?! Karena bagi saya, sejenius apapun penulis, tetap nggak bisa terlepas kaitannya dengan penerbit. Jadi kalau (memang) benar penerbitnya sejelek yang dia katakan di review, nggak ada gunanya juga kalau penulisnya sangat jenius, sekali pun.
Saya jadi sempat berpikir, apa ada masalah pribadi yang mendorong semua itu terjadi?

Only God knows..

Yang saya sangat sesalkan adalah itu tadi : apa perlu kritik keras seperti itu?! Saya rasa tidak! Karena banyak cara menyampaikan sesuatu dengan lebih baik, tanpa perlu menyinggung si pemilik karya (dengan mengatakan bahwa karyanya tidak layak ada di rak toko buku). Nyatanya buku yang dikritik tetap laris manis di pasaran. Dan penulisnya juga berhasil membuktikan kepada publik bahwa dia tidak seburuk itu.

No comments:

Post a Comment