...semburat ketulusan dalam balut kesederhanaan...

Tak Ada Kata 'Percuma' Dalam Sebuah Perjuangan

Mengutip status salah satu teman saya di sebuah situs jejaring sosial:

"Percuma Indonesia menaturalisasi Christian Gonzales dan Irfan Bachdim kalo hasilnya cuma jadi Runner-Up, tanpa mereka Indonesia sudah berkali-kali menjadi Runner-Up..."

P E R C U M A
Saya mengartikan kata itu sebagai sebuah tindakan/perbuatan/usaha/aksi yang sia-sia/tidak berguna. Dan saya tidak suka dengan pemaknaan tadi, apalagi kalau konteksnya dalam perjuangan TimNas dalam kejuaraan Piala AFF 2010 kemarin. Bagi saya, apa yang telah mereka lakukan tidaklah sia-sia. Apa yang mereka lakukan sama sekali tidak bisa dikategorikan sebagai sesuatu yang percuma. Perjuangan yang mereka lakukan--baik oleh para pemain naturalisasi atau pun bukan--sudah sangat baik. Mereka sudah bisa menghadirkan sebuah permainan sepak bola yang baik. Mungkin saya memang bukan penggila olah raga itu, jadi otomatis tidak banyak yang saya tahu tentang sepak bola. Tapi saya juga pernah sangat akrab dengan dunia olah raga dan segala pertandingannya, jadi sedikit banyak saya tahu apa yang disebut dengan permainan yang baik atau tidak.

Dan sekali lagi, bagi saya, permaian yang disuguhkan TimNas dalam Final Piala AFF 2010 leg 2 kemarin adalah sesuatu yang bagus dan layak untuk mendapatkan acungan jempol. Walaupun Indonesia gagal keluar sebagai juara, tapi kita--khususnya TimNas--sukses menjadi pemenang yang sesungguhnya. Mereka sudah berjuang sekuat yang mereka bisa untuk mengharumkan nama bangsa.

TimNas sudah menyuguhkan permainan yang baik, walau tetap ada air mata yang menitik ketika peluit panjang menggema di seantero stadion Utama Bung Karno dan sebuah kesadaran bahwa Indonesia gagal menjadi juara. Bagaimana pun, TimNas telah memberikan yang terbaik dan membuat kebanggan tersendiri bagi pendukungnya.

Jadi, tidak ada kata percuma dalam sebuah perjuangan. 

Karena walaupun tidak tampil menjadi juara, apa yang TimNas lakukan tidaklah sia-sia atau tanpa guna. Bagaimana pun, mereka sudah berhasil mengajak Indonesia merasakan aura nasionalisme yang begitu kental--yang semoga saja memang sebuah nasinalisme yang sesungguhnya, bukan nasionalisme dangkal yang umurnya hanya 90 menit.

No comments:

Post a Comment